MENJADI KAYA


"RAJIN PANGKAL PANDAI HEMAT PANGKAL KAYA"



Di antara obsesi banyak orang hari ini adalah ingin jadi orang kaya, apalagi yang sudah turun temurun jadi orang susah. Kelamaan dalam kesulitan tidak sedikit membuat sebagian orang mengalami dendam kemisikinan, terus bermimpi jadi orang kaya dan bisa tampil wah di hadapan orang-orang yang telah lebih kaya sebelumnya, sehingga merasa setara dan tidak minder dalam pergaulan. Dan jika impian ini tidak terpenuhi tidak tidak jarang membuat mereka mengalami stress ringan-sedang hingga berat....


Tiang tower telekomunikasi, tiang listrik tegangan tinggi, tiang papan reklame, dll sering menjadi alternatif sebagian orang yang ingin memuncaki kehidupan di strata yang dianggapnya tinggi. hem...ingin merasa tinggi
Gaya hidup konsumeris yang hampir merata ke seluruh penjuru, lewat tayangan iklan di berbagai media semakin merangsang impian banyak orang untuk bisa dengan cepat hidup enak, bosan melarat dan menderita....padahal beda pendapatan adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan, sebagaimana keniscaya beda pendapat dalam kehidupan...
Ada banyak gaya dan cara menjadi kaya dalam kehidupan kita

Dahulu kala ketika masih di Sekolah Dasar sering diajarkan pepatah "RAJIN PANGKAL PANDAI HEMAT PANGKAL KAYA" Pepatah yang mengajarkan cara menjadi kaya dengan cara berhemat. Gaya klasik menjadi kaya yang agak sulit di lakukan di masa sekarang karena budaya konsumeris yang mewabah di mana-mana. Dan jika benar bisa kaya dengan terus berhemat, kemudian gaya hemat itu berkelanjutan sampai tua, bisa terkena penyakit lain yang bernama penyakit PELIT, merasa bahwa prosesnya menjadi kaya itu susah payah, lewat penghematan, sehingga sayang kalau membelanjakan apa yang telah dikumpulkannya itu, meskipun untuk keperluannya sendiri, apalagi keluarga, dan lingkungannya.
Bisa juga menjadi kaya dengan bekerja keras, pantang lelah dan menyerah. Dan ketika benar menjadi kaya dengan gaya itu, ada kesulitan lain merubah gaya hidup yang keras berusaha pantang menyerah itu ketika di usia senja. Kapan ia bisa merasakan dirinya menjadi kaya, jika sepanjang hidupnya harus bekerja keras pantang menyerah..hem..hidup yang melelahkan, kapan berkesempatan menikmati dirinya sebagai orang kaya???

Cara paling populer zaman ini untuk menjadi kaya adalah dengan mencuri, korupsi, menipu dan cara-cara jahat lainnya. mereka berpandangan kejahatan pencurian, korupsi dan lain-lain itu kan jika ketahuan, dan jika betul ketahuan maka itu disikapi sebagai resiko pekerjaan...hem...argumentatif tapi menyesatkan dan menyengsarakan. Jika betul ia menjadi kaya dengan gaya itu, maka sepanjang waktu ia tidak akan pernah merasa aman menikmati kekayaannya, bayang-bayang penjara, pengadilan dan dikeroyok massa akan terus menghantuinya,..apalagi harus terus menutup kesalahan gayanya itu dengan berbagai macam usaha yang ternyata cukup melelahkan dan berbiaya tinggi juga, lihat itu biaya sogokan yang harus dibayarkan kepada oknum yang diajak kerja sama....biaya besar yang menyengsarakan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, apalagi bagi yang masih beragama...INI ONGKOS UNTUK MASUK NERAKA....seremmmm remmm remmmm

Mengapa kita tidak menempuh cara kaya yang paling rasional dan menentramkan, yaitu: ingin menjadi kaya dengan cara banyak memberi kepada sesama, lewat usaha halal yang diperbolehkan oleh agama, dan berharap bahwa usaha dan pemberiannya itu akan betul-betul membuatnya kaya jika tidak di dunia ini, ia yakin akan menjadi kaya di akhirat nanti.

Logika kaya yang faktual dan realistis. Siapapun akan berkesan bahwa si fulan itu sudah kaya, karena ia banyak memberi, meskipun yang ia berikan tidak seberapa, lalu para penerima pemberiannya itupun mendoakannya semoga ia semakin dimudahkan usahanya, karena dengan kemudahan usahanya itu membuat orang-orang lemah di sekitarnya menjadi berdaya....jika manusia di sekitarnya saja senang dengan keberhasilan usahanya, apalagi Allah Yang Maha Pemberi rizki, ...... 
Oleh Muhith Muhammad Ishaq (Ketua Dewan Syari'ah LAZ-TAMU)
Do you Like this story..?

Get Free Email Updates Daily!

Follow us!

No comments:

Post a Comment