Labora ergo sum (aku bekerja maka aku ada).
Berikut tulisan Beliau ;
Ya, Islam itu agama aksi, agama
kerja. Agama gerak. Agama yang menekankan aktivitas dan mencegah pasivitas.
Agama Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk senantiasa bergerak
dan senantiasa bergerak.
Rasulullah
sering mengulang-ulang sabdanya yang mengatakan bahwa “tangan yang di atas jauh
lebih baik dari tangan yang di bawah” sebuah perlambang yang menandakan bahwa
orang-orang yang memberikan hartanya pada orang yang membutuhkan jauh lebih
baik daripada orang yang menerima pemberian itu. Tentu saja harta yang
diberikan itu berasal dari tangan yang bekerja dan otak yang aktif beraksi..
Rasulullah
menunjukkan apresiasinya yang sangat tinggi pada kerja keras ini dalam berbagai
kesempatan. Beliau pernah mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim
dan Thabrani : Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikul di atas
punggungnya, hal itu lebih baik daripada ia meminta-memita kepada seseorang
yang kadang diberi dan kadang ditolak.
Apa
yang terkandung dalam sabda Rasulullah tadi adalah bahwa sebaik-baik manusia
adalah seseorang yang memeras keringatnya dan menguras tenaganya demi menjaga
harga dirinya, demi menyelamatkan mukanya di depan manusia agar dia tidak
meminta-minta yang berarti telah menjual dirinya. Menjual harkat dan
martabatnya di depan manusia dan dia akan kehilangan muka di hadapan Allah
karena telah dijual di dunia. Rasulullah mendorong dan menginginkan agar umat
ini menjadi umat pekerja, umat mandiri, umat yang tidak menggantungkan diri
pada orang lain, lain dan bangsa lain. Umat yang mampu berdiri di atas
kreasinya sendiri, di atas kemampuannya sendiri. Melalui kucuran keringat dan
gejolak semangat.
Sabda
Rasulullah berikut ini memperkuat penegasan bahwa Islam adalah agama yang
sangat menghargai kerja keras :
Bila
seorang muslim menaburkan benih atau menanam tananam lalu ada burung atau
manusia atau binatang yang memakan sebagian darinya niscaya hal itu akan
dinilai sebagai sedekah (HR.
Bukhari).
Kembali
Rasulullah menekankan bahwa tangan seorang muslim adalah tangan kreatif, tangan
produktif yang senantiasa menghasilkan sesuatu untuk bisa dinikmati oleh
manusia, binatang dan makhluk lainnya. Seorang muslim diidealkan menjadi orang
yang mengalirkan “hidup” bagi siapa yang membutuhkan, yang memberikan cahaya
kehidupan bagi mereka yang tersendat
kesulitan. Seorang muslim diharapkan menjadi sosok yang mampu menghidupan gairah kehidupan seseorang, yang mampu menjadikan hidup lebih hidup dan bergairah, lebih semangat dan bermakna, lebih aktif dan sumringah.
Kamus
seorang muslim telah kehilangan kosa kata “leha-leha” karena memang telah
dengan sengaja dia hapus dari dalamnya. Ensiklopedi seorang muslim tidak
memiliki kosa kata pengangguran karena memang ia tidak lagi dibutuhkan.
Seorang
muslim menyadari sepenuhnya bahwa dirinya akan bermakna, berharga dan
bermartabat jika dari dirinya mengalir karya-karya, jika dari otaknya mengalir
ide-ide. Dia tidak akan pernah merasa nyaman untuk menjadi manusia lemah,
manusia loyo. Sebab sikap lemah dan loyo tidak selevel dengan identitas
keislamannya. Dia tidak pernah membiarkan waktunya lewat dengan leha-leha.
Sebab leha-leha dan bermalas-malas, puas dengan kebodohan, rela dengan
kehinaan, tidak bangkit untuk mencapai nilai-nilai mulia, semua adalah
bibit-bibit ganas penghancur semangat, kehinaan jiwa, kebekuan emosi. Ini
merupakan hubungan nasab yang bergabung dengan bibit lainnya yang masih
sesusuan menyia-nyiakan waktu, berpencar-pencarnya semua semangat dan
bercerai-cerainya perhatian.
Seorang
mukmin akan senantiasa mengisi detik-detiknya, menit-menit dan jam-jamnya
dengan kerja-kerja yang bermanfaat, dengan amal-amal saleh yang menembus gelap.
Dia sadar bahwa kerjalah yang mengantarkan umat Islam mampu mencapai kemuliaan.
Kerjalah yang mengantarkan umat Islam mampu membangun peradaban, kerjalah yang
membuat umat Islam mampu melahirkan para pahlawan, kerjalah yang membuat umat
Islam mampu melahirkan para ilmuwan. Sejarah keemasan bangsa-bangsa manapun
pasti dibarengi dengan anak-anaknya yang suka bekerja. Mereka membangun
martabat, bangsa, budaya, peradaban dan kemanusiannya dengan kerja keras, banting
tulang dan putar otak.
Kita
dapatkan sebuah perintah tegas Allah dalam Al-Quran agar Rasulullah
memerintahkan umatnya untuk bekerja keras karena kerja-kerja mereka akan
dilihat oleh Allah dan akan dilihat oleh Rasulullah dan kaum mukminin :
Dan
katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (At-Taubah :
105).
Tak
ada pilihan lain bagi kita agar kita agar bisa eksis dan dihormati oleh
bangsa-bangsa lainnya kecuali dengan menggenjot spirit kerja keras kita pada
titik optimum dan maksimal. Tidak ada pilihan lain bagi kita selain
memaksimalkan semangat kita untuk memberikan kontribusi sekecil apapun yang
bisa kita lakukan demi umat manusia. Kontribusi kita adalah benih yang suatu
hari bisa dipetik hasilnya, meskipun bukan oleh tangan kita.
Mainkan
seluruh potensi kita, up grade energi semangat melayani, dan tampakkan pada
dunia bahwa Islam dan kaum muslimin adalah manusia kerja yang mengharapkan
ridha Tuhannya. Lalu katakan : Labora ergo sum (aku bekerja maka aku
ada).
Samson Rahman MA
Dept.Riset & Kajian
Sumber: Eramuslim
No comments:
Post a Comment