Sepanjang sejarah, manusia telah
berhasil mengatasi berbagai masalah hidup yang terkadang nampak erat.Namun
kematian tetap merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Setiap yang hidup
di muka bumi ini dengan tujuan apa pun, pasti akan mati. Manusia hanya diberi
usia tertentu dan kemudian akan mati. Ada yang mati ketika masih muda, bahkan
saat masih bayi. Ada yang melalui beberapa fase dalam hidupnya dan menemui
kematian setelah usianya bertahun-tahun. Bahkan seorang manusia yang memiliki
segalanya baik itu tanah, kekayaan, kedudukan, popularitas, kemuliaan,
kepercayaan maupun ketampanan tak akan dapat menghindari kematian. Tanpa
kecuali, semua manusia tak berdaya ketika menghadapi datangnya kematian sebagai
suatu kepastian.
Ada fakta-fakta tentang alam baka
dan hari perhitungan, yang juga didukung oleh kesaksian orang-orang yang hidup
setelah mengalami kematian. Kembalinya seseorang setelah dinyatakan mati secara
medis (mati suri) telah membawa orang yang mengalaminya melihat betapa tak
berartinya tubuh manusia, melalui fakta-fakta tertentu yang disaksikannya.
Kematian yang dinyatakan secara medis dan pemakaman akan menanti tiap-tiap
kita, oleh karenanya seharusnyalah kita merenungkannya.
Saat kematian terjadi, jiwa
terpisah dengan raga meninggalkan tubuh yang tanpa daya. Seperti halnya makhluk
hidup yang mengganti kulit mereka, ia meninggalkan kulit luarnya dan berproses
menuju kehidupan sebenarnya.
Namun, cerita tentang tubuh
manusia yang tetap tertinggal di dunia kadang lebih penting, terutama apa saja
yang terjadi dengan tubuh tersebut, daripada mempertanyakan apa itu pantas
terjadi pada tubuh manusia.
Apakah Anda pernah berpikir
secara detail tentang apa yang terjadi pada tubuh seseorang ketika ia mati? Suatu
saat kita akan mati.
Mungkin dengan cara yang tidak
pernah kita duga sebelumnya. Mungkin saat di toko untuk membeli makanan, sebuah
mobil menabrak kita. Atau, penyakit yang sangat fatal mengakibatkan kematian
kita. Atau sederhananya jantung kita akan berhenti berdetak tanpa alasan apapun.
Detik-detik Kematian
Mulai detik itu, kita tak
memiliki hubungan apa pun dengan tubuh ini. Kita akan menjadi “ sendiri”, sementara
tubuh kita kemudian hanya akan menjadi seonggok daging biasa. Setelah kematian,
orang lain akan membawa tubuh kita. Kemudian orang-orang akan menangis dan
berkabung. Lalu tubuh tersebut akan dibawa ke rumah mayat sekalipun di malam hari.
Hari berikutnya kuburan segera digali. Tubuh kita yang tak bernyawa kini sangat
kaku, akan dimandikan dengan air yang dingin. Sementara itu, tanda-tanda kematian
segera nampak di mana beberapa bagian tubuh mulai memucat.
Kemudian, mayat ini akan
dibungkus dengan kain kafan dan diletakkan di peti mayat. Mobil jenazah telah siap
membawa peti tersebut, berjalan menuju ke pemakaman, hidup seperti di jalanan.
Ketika melihat mobil jenazah yang lewat, beberapa orang akan nampak berkhidmat,
tetapi kebanyakan berlalu begitu saja dengan kesibukan mereka masing-masing.
Setiba di pemakaman, peti jenazah akan diusung oleh orang-orang yang mencintai
kita atau tampak mencintai kita. Kemungkinan besar, orang-orang yang
mengitarinya akan menangis dan meratap lagi. Kemudian orang-orang berdatangan
dengan satu tujuan yakni, pemakaman. Di atas batu nisan. nama kita akan dipahatkan.
Kemudian mayat kita akan diangkat dari peti mayat dan diletakkan ke dalam
lubang yang telah digali. Pendo’a akan berdo’a untuk kita. Akhirnya, orang-orang
dengan sekop akan mulai menutup mayat kita dengan tanah yang juga akan mengenai
kain kafan. Tanah menyentuh mulut kita, leher, mata dan hidung. Dan akhirnya
menimbun seluruh kain kafan. Akhirnya pemakaman selesai, dan orang-orang
meninggalkan pemakaman. Semuanya kembali sunyi. Beberapa orang akan datang
untuk berziarah dalam sela-sela waktu mereka untuk kita yang telah dimakamkan.
Tak ada lagi hidup yang penuh arti. Rumah yang indah, orang yang cantik, alam
yang mempesona sudah tidak ada artinya lagi. Tubuh kita sudah tidak akan
bertemu dengan seorang teman pun. Mulai itulah, satu kepastian yang menimpa
mayat adalah tanah, ulat belatung dan bakteri akan menggerogotinya.
Saat dipendam tubuh kita
mengalami proses pembusukan yang sangat cepat yang disebabkan oleh faktor
internal maupun eksternal tubuh tersebut.
Setelah mayat kita diletakkan di
kuburan, dengan cepat bakteri dan serangga yang berkembang biak di dalam mayat
karena tidak adanya oksigen, akan memulai kerjanya. Gas-gas yang dikeluarkan
organisme tersebut akan masuk ke dalam mayat, mulai dari perut, merubah bentuk
dan penampilannya. Gumpalan darah keluar dari mulut dan hidung karena desakan
gas dari rongga perut. Seperti proses penggerogotan, rambut, kuku, lidah dan
telapak tangan akan lepas semua. Bersamaan dengan itu pula terjadi perubahan
dalam tubuh seperti paru-paru, jantung dan hati yang akan mengalami pembusukan.
Dalam waktu yang berbarengan, pemandangan yang sangat mengerikan terjadi di
perut, di mana kulit tidak dapat menahan lagi tekanan gas yang semakin mendesak
dan akhirnya jebol, menebarkan bau yang sangat busuk. Mulai dari tengkorak,
otot-ototnya lepas dari bagiannya masing-masing. Kulit dan jaringan lunak juga
akan tercerai berai semua. Otak akan membusuk hingga nampak seperti tanah liat.
Proses akan terus berlanjut sampai seluruhnya tinggal tulang belulang.
Tubuh itu kita bayangkan sebagai
diri kita, akan hilang secara mengerikan dan bentuknya tak dapat dikenali lagi.
Maka ketika kita meninggalkan kewajiban ibadah kita, cacing, serangga dan
bakteri di dalam tanah akan menghancurkan mayat kita begitu saja.
Jika kita mati karena kecelakaan
dan tidak dikuburkan, apa yang terjadi akan lebih tragis lagi. Mayat kita akan
dimakan ulat belatung, seperti potongan daging yang diletakkan pada temperature
ruangan dalam waktu yang lama. Sampai akhirnya ulat belatung memakan habis
potongan daging yang terakhir, mayat kita hanya tinggal tulang belaka.
Demikianlah, manusia yang
diciptakan dalam bentuk paling sempurna, akhirnya menjadi bentuk yang paling
mengerikan, dan memang begitulah kenyataannya.
Mengapa Hal Itu Terjadi?
Inilah ketentuan Sang Maha
Pencipta bahwa tubuh manusia ditiadakan keberadaaanya dengan cara yang drastis.
Itulah mengapa ada sesuatu yang sangat penting yakni adanya perintah suci di
dalam diri kita. Akhir kehidupan yang mengerikan akan menunggu setiap manusia
selaiknya membuat ia berpikir bahwa ia tidak hanya tubuh semata-mata, tapi ada
nyawa yang menghidupkan tubuh itu. Dengan kata lain, manusia harus memahami
bahwa ia mempunyai eksistensi di balik badannya. Berakhirnya kehidupan yang
begitu menyolok memberikan berbagai pelajaran, yang membuat manusia sepantasnya
memahami bahwa ia tidak hanya terdiri dari “daging dan tulang” semata.
Manusia seharusnya dengan melihat
dirinya dapat mengambil hikmah yang penting, bahwa ia di dunia ini hanya
sementara, dan harus memikirkan akhirnya, yakni kematian. Kematian, akan
menjadikannya busuk di dalam tanah, dan menjadi makanan ulat belatung dan
akhirnya tinggal tulang belulang.
{ Sumber : HARUN YAHYA, Berfikirlah Sejak Anda Bangun Tidur, hal: 77-82}
No comments:
Post a Comment