Saat ini, hampir seluruh wilayah di Indonesia
dilanda hujan. Bahkan, sejumlah daerah sudah mengalami banjir. Kejadian hujan
dan banjir oleh sebagian warga dianggap sebagai musibah atau bencana bukan
dianggap sebagai barokah. Anggapan seperti ini adalah bentuk negative thinking
dalam menyikapi fenomena alam. Padahal, sebagai umat yang berpikir maju ke
depan seharusnya hujan dan banjir disikapi dengan positive thinking, sehingga
semua segera dapat diselesaikan dengan baik dan berencana.
Apa pun bentuknya, hujan adalah berkah yang diturunkan oleh Allah, Hujan itu menjadi berkah untuk membersihkan dari berbagai hal, menumbuhkan tanah yang mati, dan lain sebagainya. Jika kita melihat struktur air, maka dapat ditemukan dalam satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif).
Karenanya, bagian oksigen molekul air tersebut masih dapat menarik atom hidrogen dari molekul air lainnya, termasuk zat-zat kimia lain. Selain sebagai pelarut yang baik, air juga termasuk makanan yang sangat penting bagi manusia, setelah oksigen dari udara untuk bernapas. Dalam salah satu hadisnya, Nabi SAW menyatakan bahwa doa ketika sedang hujan oleh Allah dikabulkan.
"Dua ketika (di mana doa) tidak ditolak atau sedikit sekali yang ditolak: (yaitu) berdoa ketika azan dan ketika pertempuran sedang berkecamuk (dan dalam satu riwayat mengatakan) dan ketika hujan." (HR Abu Daud).
Sedangkan kejadian banjir karena hujan tidak diperkenalkan dalam Alquran. Sebab, Alquran memperkenalkan hujan sudah sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas bumi. (QS al-Mu'minun:18). Banjir merupakan human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem. Curah hujan tetaplah sebagai barokah Allah untuk alam semesta. Hanya saja, penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.
Penyebab terjadinya banjir adalah karena kesalahan manusia. Bagi orang yang beriman, banjir tidak semata-mata musibah, tapi bagaimana ia menjadi suatu barokah. Caranya adalah dengan berupaya melakukan antisipasi atau mengatasi banjir tersebut. Dengan banjir, banyak ahli bermunculan. Dengan banjir, tersedia beragam lapangan pekerjaan. Bahkan, dari banjir orang dapat beramal melalui penghimpunan dana untuk membantu korban banjir. Karena itu, dengan adanya banjir, hendaknya kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah untuk saling berbagi dengan sesama. Kita harus banyak mengingat Allah SWT yang Mahabijaksana atas segala kuasaNya.
Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan
Pertama:
Takut datangnya adzab ketika mendung.
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.”
Kedua: Do’a
ketika turun hujan sebagai rasa syukur pada Allah.
’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma
shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.
Ketiga:
Turunnya hujan, kesempatan terbaik untuk memanjatkan do’a.
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan,
”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah do’a yang mustajab pada
tiga keadaan : (1) Bertemunya dua pasukan, (2) Menjelang shalat dilaksanakan,
dan (3) Saat hujan turun.”
Keempat:
Do’a ketika terjadi hujan lebat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat
pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya,
beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berdo’a, “Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma
’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy
syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami.
Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit,
perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan]."
Kelima: Do’a
ketika terjadi angin kencang.
Dianjurkan bagi seorang muslim ketika terjadi angin
kencang untuk membaca do’a berikut sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengucapkan ketika itu, “Allahumma inni as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa
wa khoiro maa ursilat bihi, wa a’udzu bika min syarrihaa wa syarri maa fiiha wa
syarri maa ursilat bihi [Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu baiknya angin ini dan
kebaikan yang ada padanya, dan aku memohon kebaikan dari yang diutus dengannya.
Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya angin ini, dan keburukan yang ada
padanya dan aku berlindung dari keburukan yang diutus dengannya].”
Keenam: Do’a
ketika mendengar suara petir.
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir,
dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan, “Subhanalladzi yusabbihur
ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” [Mahasuci Allah yang petir dan
para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya].”
Ketujuh:
Mengambil berkah dari air hujan.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami
pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur
hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan
demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena
hujan ini baru saja Allah ciptakan.”
An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah
hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh
karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah)
dari hujan tersebut.”
Kedelapan:
Dianjurkan berwudhu dengan air hujan.
Dalilnya, “Apabila air mengalir di lembah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Keluarlah kalian bersama kami menuju
air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci'. Kemudian
kami bersuci dengannya.”
Kesembilan:
Tidak boleh mencela hujan.
Sebagian orang sering keluar dari mulutnya celaan,
“Aduh! hujan lagi, hujan lagi”. Ketahuilah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat
berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak
kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua
makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Manusia
menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan
pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Janganlah kamu mencaci
maki angin.”
Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa
(waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan
mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki
angin dan hujan adalah terlarang.
Kesepuluh:
Do’a setelah turun hujan
Do’anya adalah, “Muthirna bi fadhlillahi wa
rohmatih [Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah].”
disadur dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment