Segala puji bagi
Allah yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya al-Qur`an, di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan amal ibadah
dilipat gandakan pahalanya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada manusia
terbaik sepanjang masa, penutup para nabi, Muhammad , juga para sahabat,
keluarga dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Perjalanan waktu
tanpa terasa, berlalu begitu cepat tanpa bisa ditunda sedetik juapun. Bulan
Ramadhan yang sangat mulia sudah berakhir tanpa bias tertahan sesaat pun. Bulan
yang penuh berkah, saat yang paling pas untuk menggali ibadah dan meminta ampun
serta bertaubat kepada Allah sudah pergi meninggalkan kita semua hingga tahun
berikutnya. Sementara kita tidak pernah mengetahui, apakah Ramadhan tahun depan
masih sempat kita nikmati bersama keluarga dan orang-orang yang kita cintai?
Apakah bulan puasa tahun berikutnya masih mungkin kita rasakan keindahannya
dengan sedapat mungkin memperbanyak ibadah dengan berpuasa, membaca al-Qur`an,
shalat Tarawih, bertaubat dan istighfar kepada Allah ? Pertanyaan-pertanyaan
yang muncul dari sanubari kita seperti ini, memang tidak ada yang pernah mengetahui
jawabannya selain Allah tempat kita
menyembah dan meminta. Sudah menjadi keharusan, bahwa setiap yang datang, pasti
akan berlalu.Demikian pula halnya bulan Ramadhan, ia pun pergi seiring dengan
sirnanya bulan di atas langit yang kita lihat setiap malam. Bulan diawali
dengan bulan sabit yang terlihat begitu kecil di ufuk Barat, lalu bertambah
besar sedikit demi sedikit setiap malam, hingga menjadi purnama di pertengahan
bulan. Setelah itu, ia pun kembali mengecil dan sirna di akhir bulan hingga tidak
tampak lagi bersama-sama kemilau bintang yang tetap bersinar gemerlapan hingga
akhir zaman dengan ijin Allah .
Bulan Ramadhan
sesungguhnya menjadi saksi atas segala amalan yang kita kerjakan selama ini,
apakah itu berupa keburukan dan maksiat, ataukah ibadah dan amal shaleh. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan intropeksi mulai saat ini,
melakukan muhasabah terhadap segala hal yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan
yang telah berlalu. Agar Ramadhan tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti
Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
Selalu menjaga shalat fardhu berjamaah:
Selama bulan
Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu terikat dengan masjid.
Setiap kali suara azan dikumandangkan, kita ayunkan langkah kaki untuk
mengerjakan kewajiban shalat bersama-sama dengan kaum muslimin secara berjamaah.
Ketika Ramadhan telah berakhir, hendaknya muncul semangat baru yang berawal
dari kebersihan hati dan jiwa. Energi besar ini harus terus menerus kita jaga,
hingga tibanya Ramadhan berikutnya. Jika semangat itu tetap terjaga, kita akan
semakin mudah melaksanakan shalat berjamaah, terlebih lagi pahala shalat berjamaah
ini sangat besar, sebagaimana yang disabdakan Nabi dari Abdullah bin Umar ,
bahwasanya Nabi bersabda: "Shalat
berjamaah lebih baik dari shalat sendirian dua puluh derajat."
Dan dalam satu
riwayat: "Dua puluh lima derajat." Muttafaqun 'alaih.
Dan dalam hadits
yang lain, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa
yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah
(masjid), untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah , niscaya salah satu
langkahnya menggugurkan dosa dan yang lain meninggikan derajat."
Abu Hurairah
juga meriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Nabi bersabda: "Barangsiapa yang pergi ke masjid, di
pagi hari atau di sore hari, niscaya Allah menyiapkan sorga sebagai tempat
tinggalnya, setiap ia berangkat di pagi hari atau di sore hari."
Muttafaqun 'alaih.
Melaksanakan shalat sunnah rawatib dan
shalat-shalat sunnah lainnya:
Kita telah
mendapatkan tarbiyah yang sangat berharga dari madrasah Ramadhan. Salah satunya
adalah memperbanyak ibadah shalat-shalat sunnah seperti tarawih, witir, dan
tahajjud. Dan setelah Ramadhan berakhir, hendaklah semangat yang telah kita
peroleh dari madrasah Ramadhan itu jangan ikut pergi bersama berlalunya bulan
Ramadhan.
Adapun di antara
keutamaan shalat sunnah tersebut adalah:
a)
Sunnah rawatib: yaitu shalat yang dilaksanakan sebelum
atau sesudah shalat fardhu: Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau
berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda: 'Tidak ada seorang hamba yang melaksanakan shalat karena Allah setiap
hari sebanyak dua belas rakaat selain yang fardhu, kecuali Allah membangun
untuknya satu rumah di surga, atau melainkan dibangun untuknya satu rumah di
surga." HR. Muslim.
b)
Shalat Tahajjud: yaitu ibadah shalat yang dilaksanakan
di malam hari dan Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar selalu
melaksanakannya: Firman Allah : ”Hai
orang yang berselimut (Muhammad), * bangunlah (untuk shalat) di malam hari,
kecuali sedikit (daripadanya), * (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit, * atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur'an itu
dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil :1-4). Dan firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari shalat
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa`:79). Dan Rasulullah
pernah ditanya tentang shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, beliau
menjawab: "Shalat yang paling utama
setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam." HR. Muslim.8
c)
Shalat Witir: yaitu shalat yang dilaksanakan setelah
shalat Isya hingga terbit fajar yang kedua. Sekurang-kurangnya satu rekaat dan
sebanyak-banyaknya sebelas atau tiga belas rekaat. Dari Abu Hurairah , ia
berkata, 'Kekasihku (Rasulullah ) berpesan kepadaku dengan tiga perkara, aku
tidak akan meninggalkannya hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat
Dhuha dan tidur setelah shalat witir." Muttafaqun 'alaih.
Ini adalah
sebagian dari keutamaan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang lainnya.
Di samping itu masih banyak shalat-shalat sunnah lainnya yang sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan, seperti shalat Dhuha, shalat Istikharah, shalat gerhana dan
yang lainnya. Wallahu A'lam.
No comments:
Post a Comment