Ya Allah abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah
jalan-jalannya, dan penuhilah kami dengan cahaya-Mu yang tidak pernah
redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal
kepada-Mu, hidupkanlah kami dengan pengenalan pada-Mu dan matikanlah kami dalam
keadaan syahid di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkau sebaik-baiknya pelindung dan
sebaik-baiknya penolong.Ya Allah kabulkanlah, Dan semoga sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kami, Muhammaad SAW, kepada keluarganya dan
semua sahabatnya
Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera
terwujud. Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu
datang. Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah.
Sikap seorang muslim adalah tetap terus berdo’a
karena Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a
tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang
lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah
Ta’ala,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا
بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua
macam:
- Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.
2. Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan
seorang muslim yang berdo’a pada-Nya, yaitu
Allah akan mengijabahi
(mengabulkan) do’anya, menolongnya dan memberi taufik padanya.
Kedekatan Allah pada orang yang berdo’a adalah
kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya
umum pada setiap orang). Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a dan yang
beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang
paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud.
Siapa saja yang berdo’a pada Allah dengan
menghadirkan hati ketika berdo’a, menggunakan do’a yang ma’tsur (dituntunkan),
menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya do’a (seperti memakan
makanan yang haram), maka niscaya Allah akan mengijabahi do’anya. Terkhusus
lagi jika ia melakukan sebab-sebab terkabulnya do’a dengan tunduk pada perintah
dan larangan Allah dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan
mengimaninya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)
Dengan mengetahui hal ini seharusnya seseorang
tidak meninggalkan berdo’a pada Rabbnya yang tidak mungkin menyia-nyiakan do’a
hamba-Nya. Pahamilah bahwa Allah benar-benar begitu dekat dengan orang yang
berdo’a, artinya akan mudah mengabulkan do’a setiap hamba. Sehingga tidak
pantas seorang hamba putus asa dari janji Allah yang Maha Mengabulkan setiap
do’a.
Ingatlah pula bahwa do’a adalah sebab utama agar
seseorang bisa meraih impian dan harapannya. Sehingga janganlah merasa putus
asa dalam berdo’a. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Do’a adalah sebab
terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab
utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang
berbeda-beda. Ada
yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya sendiri. Boleh jadi
do’a itu adalah do’a yang tidak Allah sukai karena melampaui batas. Boleh jadi
do’a tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba tersebut yang lemah dan tidak
menghadirkan hatinya kala berdo’a. ... Boleh jadi pula karena adanya penghalang
terkabulnya do’a dalam dirinya seperti makan makanan haram, noda dosa dalam
hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak dan hati yang
penuh kesia-siaan.”
Pahamilah bahwa ada beberapa jalan Allah
kabulkan do’a. Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا
إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ
إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى
الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا
إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada
Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat,
pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal:
- Allah akan segera mengabulkan do’anya,
- Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan
- Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak
mengabulkan do'a-do'a kalian.” Boleh jadi Allah menunda mengabulkan do’a.
Boleh jadi pula Allah mengganti keinginan kita dalam do’a dengan sesuatu yang
Allah anggap lebih baik. Atau boleh jadi pula Allah akan mengganti dengan
pahala di akhirat. Jadi do’a tidaklah sia-sia.{Dari berbagai sumber}
No comments:
Post a Comment