Sebaik-baik
Muslim ialah yang bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu sudah semestinya kita
berlomba-lomba untuk bisa menjadi orang yang bertaqwa. Setiap detik, setiap
menit, setiap hari, setiap bulan
sepanjang tahun. Setiap saat hingga ajal menjemput.
Dalam
pengertian umum taqwa bisa dipahami sebagai upaya seorang Muslim untuk
senantiasa mentaati seluruh perintah Allah dan pada saat yang sama juga
berusaha menjauhi segala larangan-Nya. Taqwa merupakan satu karakter utama yang
harus dimiliki oleh setiap Muslim baik laki-laki mapun perempuan. Sebab bagi
mereka yang bertaqwa Allah telah sediakan banyak sekali keuntungan dan
kebaikan.
Tidak ada
prioritas lain selain membangun mental taqwa. Bahkan tidak ada yang lebih
menguntungkan selain menjadi insan taqwa.Tanpa ketaqwaan kita akan mengalami
banyak kendala, kegagalan dan pada akhirnya kerugian.
Kita ketahui
bersama bahwa, penyebab hilangnya kekuatan umat Islam karena lemahnya karakter
taqwa pada hampir seluruh lapisan umat Islam. Bahkan sumber kekalahan umat
Islam di segala sektor juga karena rendahnya kualitas iman dan ketaqwaan
sebagian besar keluarga-keluarga Muslim.
Dengan
demikian, menjadi kewajiban kita semua untuk bersama-sama, bahu-membahu mengisi
hari-hari kita, siang dan malam untuk sebisa mungkin membangun karakter taqwa
dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu,
bagaimana metode atau cara kita membangun mental taqwa agar umat Islam bisa
menang dan bersama meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat?
Pertama, bersegera menuju ampunan
Allah.
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS
Ali Imron: 133).
Setiap
Muslim berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam mendapatkan hadiah istimewa
dari Allah. Dengan demikian maka terciptalah suasana kompetisi penunaian
ketaatan yang semarak. Jika ini terjadi, insya Allah kekuatan umat Islam akan
menguat dan tipu daya syetan dan orang-orang kafir pun dengan mudah dapat
dipatahkan.
Memang ada
beberapa hal yang harus disegerakan dalam ajaran Islam. Seperti, membayar hutang,
menikahkan anak perempuan, merawat jenazah, menghormati tamu dan bertaubat.
Namun demikian yang dimaksud di sini tidak sebatas beberapa hal tadi.
Tetapi juga
meliputi seluruh aktivitas harian seorang Muslim, seperti mendirikan shalat
secara berjama’ah di masjid, membaca al-Qur’an, menyambung tali silaturrahim,
membantu yang membutuhkan, mengakui kesalahan dan meminta maaf, dan amalan
sholeh lainnya.
Hal-hal
itulah yang harus kita upayakan dengan penuh gairah. Upaya yang konsisten dalam
menciptakan suasana kompetisi menuju ketaqwaan seperti itu merupakan satu
syarat untuk bisa meraih kemenangan dan kebahagiaan setiap Muslim dan seluruh
umat Islam baik di dunia maupun di akhirat.
Kedua, membudayakan infak baik lapang
atau sempit.
“(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit…” (QS
Ali Imron: 134).
Bagaimana
orang yang bertaqwa itu, yaitu orang yang senantiasa konsisten dalam berkorban,
dan terus berjalan di atas manhaj, tanpa terpengaruh oleh keadaan lapang
ataupun keadaan sempit.
Keadaan
lapang tak membuat mereka bangga hingga lengah, dan keadaan sempit juga tidak
menjadikan mereka berkeluh kesah hingga lalai. Mereka tetap menyadari kewajiban
harus ditunaikan, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin terbebas dari
sifat kikir dan rakus.
Ketiga, menahan marah dan mudah
memaafkan.
Orang yang
bertaqwa pasti mampu menahan amarah. Setiap Muslim harus mampu menjadi orang
yang tidak pemarah. Sebab itulah ciri Muslim sejati yang dalam hadis nabi
dikatakan sebagai Muslim yang kuat.
Sebagaimana
sabdanya, “Orang kuat itu bukanlah yang
menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap marah
sama sekali tidak memberi dampak positif apalagi jika didorong oleh kuatnya
keinginan nafsu. Jadi sifat marah sama sekali tidak memberi manfaat, tidak
menyelesaikan masalah justru mengundang masalah dan terus-menerus menambah
masalah. Pantas nabi mengajarkan kita untuk selalu tersenyum. Seolah-olah ia
ingin mengatakan, “kalau bisa senyum
kenapa mesti marah!”
Keempat, gemar berbuat kebaikan karena
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Orang-orang
yang berderma dengan pemaafan dan toleransi adalah orang-orang yang berbuat
kebajikan. Dan, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Alangkah
indahnya ketaqwaan itu, pantas jika Allah dalam ayat yang lain menjanjikan
solusi, kemenangan dengan segera bagi orang-orang yang bertaqwa.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. At Thalaq: 2).
Jika
demikian selagi masih ada waktu, mari kita bersegera berusaha sekuat tenaga
untuk menjadi orang yang bertaqwa. Yakni orang yang mencintai dan gemar berbuat
kebaikan demi menggapai ridha Allah untuk kemenangan umat Islam di dunia dan di
akhirat.
No comments:
Post a Comment