Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat, atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan performance kepribadian kita.
Seseorang disebut Manusia Mulia karena
timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena
kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung
kesalahan dan kelemahannya, niscaya engkau menemui bahwa kesalahan dan kelemahan
itu "tertelan" oleh kebaikan dan kekuatannya.
Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk
dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi
kehidupan masyarakat manusia. ltulah sebabnya tidak banyak orang yang dikenang
dalam ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya
apabila kebaikan dan kekuatan menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan,
atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau mata air yang menghilangkan
dahaga.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa
yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan
masyarakat dari keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw
berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
manusia yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi orang
paling baik karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada
masyarakat. Maka takdir seorang yang berbuat baik, ia tidak pemah hidup dan
berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. la telah melampui batas-batas kebutuhan
psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan
lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan
jiwanya tercurahkan.
Dalam makna inilah pengorbanan menemukan
dirinya sebagai kata kunci kepahlawan
seseorang. Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban, keberanian, dan
kesabaran. Tiga hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan
menemukan makna dan fungsi pahlawanannya apabila pengorbanan yang mengisi dan
menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi
sifat-sifat pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran.
Maka keempat makna dan sifat ini. Rasa
tanggung jawab keagamaan, semangat pengorbanan, keberanian jiwa, dan kesabaran adalah
rangkaian dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat jihad. Dorongannya
adalah tanggung jawab keagamaan (semacam semangat penyebaran dan pembelaan). Hakikat
dan tabiatnya adalah pengorbanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas
panjangnya adalah kesabaran.
Begitulah kemudian menjadi benar apa yang
dikatakan oleh Sayyid Qutb: "Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan
hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup
bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang
besar."
Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang
dibutuhkan untuk menegakkan agama ini dalam realitas kehidupan?" Yaitu,
hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi
hidup bagi orang lain dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki
bagi agamanya itu.
No comments:
Post a Comment